sosiologi
pariwisata
ALUN-ALUN KIDUL
1.
Sejarah Alun-alun Kidul (Alkid)
Alun-alun kidul
terdapat Krapyak. Krapyak ialah sebuah tempat
tinggi (podium) untuk melihat pemburuan rusa. Di pinggir alun-alun selatan, ada dua pohon batang beringin, diberi nama “WOK”. Keliling
alun-alun ditanami pohon-pohon pakel dan kueni. Alun-alun ini diberi pagar
tembok kelilingnya terletak di dalam kompleks dalam keraton. Terlihat agak jauh
Plengkung Nirbaya (Gading). Kedua beringin di tengah-tengah bernama
“SUPIT-URANG”. Pagarnya mempunyai design
busur atau sifat pemuda-pemudi.
Di sebelah utara alun-alun terdapat sebuah trateg,
sebuah tempat berteduh, beratap anyam-anyaman bambu dan kanan kirinya ditanami
pohon-pohon Gayam. Kanan kiri Sitihinggil ada dua buah jalan yang bertemu satu
sama lainnya di Regol Kemandungan sebelah utara Sitihinggil. Jalan ini disebut
jalan Pamengkang. Di Sitihinggil ini dahulu terdapat sebuah bangunan berbentuk
pendopo, di tengah-tengah ada selogilangnya (tempat duduk Sri Sultan.
Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di
bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai
Pengkeran. Alun-
alun kidul merupakan tempat kesatuan kekuasaan
yang sakral antara raja dan para bangsawan yang tinggal di sekitar alun-alun
2.
Teori dalam Mengkaji Perubahan di Alkid
Teori struktural-fungsionalis termasuk dalam teori
consensus yang dipelopori oleh Herbert Spanser, Talcot Parson. Teori consensus memandang masyarakat sebagai suatu struktur
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang dipelihara oleh
suatu mekanisme keseimbangan.
Teori struktur fungsionalis melakukan analisis dengan
melihat masyarakat sebagai suatu sistem dari interaksi antar manusia dan
berbagai institusinya dan segala sesuatunya disepakati secara consensus termasuk
dalam hal nilai dan norma. Teori fungsionalisme menekankan pada harmoni,
eksistensi, dan keseimbangan masyarakat.
Beberapa
asumsi pokok teori fungsionalisme-strukturalisme adalah:
1. Masyarakat sebagai system sosial terdiri dari bagian-bagian
yang interdependent.
2. Setiap elemen atau sub system harus dikaji dalam hubungan
dengan fungsi-fungsi dan perannya terhadap system.
3. Jika suatu system dapat mempertahankan batas-batasnya, maka
sistem tersebut akan stabil.
4. Berfungsinya masing-masing bagian dalam suatu system, akan
menyebabkan system ada pada keadaan ekuilibrium.
5. Apabila terjadi disfungsi pada suatu bagian maka akan
terjadi kondisi abnormal, sehingga keseimbangan terganggu.
6. Masing-masing elemen sosial mempunyai fungsi manifest dan
fungsi laten.
3.
Faktor Pendorong Alun-Alun
Selatan Sebagai Daerah Wisata
·
Lokasi yang strategis
·
Transportasi yang mudah di dapat
·
Kreatifitas yang menarik
·
Kuliner
·
Biaya
terjangkau
4. Perubahan-perubahan
yang terjadi
di Alun-alun Kidul
Keberadaan alun-alun sejak jaman
dahulu hingga sekarang masih menjadi desain tata kota. Khususnya alun-alun
kidul yang posisinya berada di bagian belakang kompleks kraton. Alun-Alun Kidul yang dulu dibangun
dalam lingkup kompleks kraton, bertujuan untuk kesatuan kekuasaan yang
sakral antara raja dan para bangsawan yang tinggal di sekitar alun-alun. Kini
Alun-Alun Kidul menjadi ruang publik yang menyimpan banyak potensi wisata.
Alun-alun kidul yang dulu suasananya terasa sepi,
berangsur-angsur menjadi ramai, hingga saat ini alun-alun kidul
banyak mengalami perubahan, tempat ini menjadi suatu tempat yang ramai dengan
para pengunjung, mulai pagi sampai malam. Pagi digunakan jogging, siang untuk
melihat gajah kraton dan pada sore hari
digunakan pertandingan sepak bola oleh anak-anak dan remaja sekitar
alun-alun, serta mulai pukul lima sore tenda-tenda pedagang mulai didirikan,
dan berbagai permainan-permainan disiapkan untuk meramaikan suasana malam hari.
Pada hari-hari tertentu digunakan sebagia tempat bertemunya budaya-budaya
Indonesia .
Alun-alun kidul yang selalu ramai dengan pengunjung
menjadikan para masyarakat mulai berfikir dan bersikap kreatif dalam menyikapi
keadaan ini, banyak masyarakat yang
memanfaatkann untuk mencari nafkah.mulai dengan berjualan, menyewakan kain
hitam buat permainan masangin dan penyewaan sepeda-sepeda hias.
Alun-alun kidul yang
selalu ramai dengan para wisatawan menyuguhkan makanan khas yang mampu menjadi
daya tarik bagi para pengunjung, seperti: Kedai ronde, Wedang bajigur, selain minuman khas tersebut terdapat
pula makanan khas seperti bebakaran seperti jagung bakar, pisang bakar dan roti
bakar. Selain makanan dan minuman juga terdapat macam lauk misal ayam bakar, dn berbagai macam ikan
bakar hingga tempe tersedia. Tidak hanya makanan khas yang mampu menjadi daya tarik para
wisatawan tetapi permainan-permainan yang terdapat ditempat tersebut
pula,diantaranya: Masangin( melewati jalan antara dua beringin
yang ada di tengah alun-alun dengan mata ditutup kain hitam), permainan Odong-odong, sepeda lampu
hias, becak mini, hingga komedi putar mini, saat malam minggu biasanya terdapat
konser atau acara untuk para muda mudi di akhir pekan maupun akhir bulan. Di
alun-alun kidul juga terdapat beberapa komunitas seperti komunitas sepeda,
dance salsa, pencak silat, komunitas moge dan lain-lain. Dihari-hari tertentu
biasanya komunitas ini menampilkan trik atau kemampuan dalam mengolah barang
yang disukainya sehingga menarik para pengunjung untuk melihatnya.
5.
Dampak-dampak terjadinya perubahan
sosial di Alun-alun kidul:
Dampak positif diantaranya:
·
Menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat setempat
·
Meningkatkan hasil
perekonomian masyarakat
·
Melestarikan budaya lokal seperti kesenian wayang yang
dilaksanakn pada hari-hari
tertentu
·
Menumbuhkan kreatifitas masyarakat
·
Meningkatkan kemampuan masyarakat
seperti bela diri, sepak bola dll. Mempererat hubungan solidaritas antar sesama.
Dampak
negatif diantaranya:
·
Meningkatnya degradasi
moral para remaja karena tempat itu dijadikan sebagai wahana pacaran.
·
Kenyamanan dalam
alun-alun kidul sangat kurang karena banyak anak-anak berandalan.
·
Terjadinya
penyimpangan-penyimpangan sosial seperti adanya tempat yang dikenal dengan nama
sekorek dan atau gadis korek api.
·
Meningkatkan konsumtif
bagi setiap orang
Daftar pustaka:
Buku Tuntunan
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Yogyakarta: Kraton.
Pitana, I Gedhe. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Offset
0 komentar:
Posting Komentar